Rabu, 15 Juni 2011

NOVA - act. 2 : Plan

Act 2 : Plan

Alcyon Verrel
Royal Centurion High Palace
Planet Leria, System Mystian
17:30 waktu setempat

Ruangan ini ditata begitu klasik, setidaknya itulah yang tergambar di benakku. Penataannya mirip seperti gambar-gambar di buku tua koleksi kakek buyut. Buku itu menyebutkan tatanan ruang seperti ini adalah tatanan ruang bergaya Victoria. Penuh lukisan kanvas, kursi-kursi kayu Illitus, perapian dengan beberapa pernak-pernik tembikar tersusun indah di atasnya, karpet-karpet bergambar ukiran daun ulhya di sekitarnya dan sebuah gambar Grevier, hewan terkuat di sistem ini. Lalu dengan Victoria? Siapa Victoria itu? Entahlah, mungkin orang terkenal di zaman kakeknya kakeknya kakek buyutku.

Aku tidak heran Putri Auria bisa mendesain ruangan pribadinya menjadi seperti ini, desain budaya manusia kuno. Sama halnya denganku, keluarga kami adalah salah satu dari Ancient Families atau keluarga kuno pendiri koloni di luar angkasa. Dan tentu saja, sebagai salah satu pewaris, dia pasti mendapatkan pengetahuan tentang hal-hal ini secara turun temurun dan menjaga budayanya, sebagaimana umumnya para pewaris yang lain. Namun tidak bagiku. Aku kebanyakan melupakannya kecuali buku-buku kakek buyutku yang tetap kupertahankan agar bisa tetap kubaca.

Meskipun terbuat dari bahan kayu, kursi ini begitu nyaman untuk diduduki. Dan gadis muda yang duduk di depanku begitu menawan sehingga membuatku betah berada disini. Putri Auria Emprion, begitu rakyatnya menyebutnya, adalah pemimpin kerajaan Mystian sejak Ragnarok hingga sekarang. Ayahnya meninggal karena memikirkan wilayah kerajaan mereka yang semakin menyusut akibat Ragnarok. Tiga ratus system hancur dan lima ratus lainnya terbengkalai alias tidak bisa dihuni. Mystian yang awalnya membawahi tiga galaksi dan seribu lima ratus sistem tata surya kini menyusut hampir separuhnya. Tak heran bila Yang Mulia Bahtur Emprion terkena serangan jantung dan meninggal karena ini.

Tapi Auria seorang jenius. Dia tahu apa yang harus dia lakukan sepeninggal ayahnya. Dia punya pemikiran sendiri dalam mengatur kerajaannya pasca Ragnarok. Dan dia berhasil mewujudkannya, dalam usianya yang waktu itu baru tujuh belas tahun. Mystian yang hancur gara-gara Ragnarok ditatanya lagi hingga mampu menjadi negara kuat bagian dari Persemakmuran yang patut diperhitungkan. Menurutku Auria adalah seorang visioner. Dan visinya akan dunia utopisnya, tampaknya tidak akan berakhir pada kemajuan kerajaannya saja.

?Aku melihat kau terus-menerus terdesak, kak Cy!?

Gadis itu melihatku sambil tersenyum. Cukup manis sampai mengganggu lamunanku. Meski sering bertemu, tapi canggung juga melihatnya tersenyum seperti itu. Apalagi ditambah tatapannya yang begitu menggoda. Mata hijau zamrudnya yang sebagian ditutupi rambut pirang bergelombang, yang kadang dia sibakkan dengan gaya yang begitu anggun.

?Atau karena terlalu terpukau dengan kecantikanku?? tukasnya sambil tersenyum lagi. Kali ini dengan gaya sedikit nakal. Aku mengalihkan pandanganku ke bidak-bidak di depan kami agar bisa kembali fokus ke permainan. Dia memang pandai menggoda. Itulah salah satu penyebab mengapa aku jarang bisa menang kalau tengah beradu catur dengannya. Dia licik dan juga pandai.

Setiap kali aku mengadakan kunjungan ?rahasia? ke Mystian, kusebut rahasia karena tentu saja rakyat Mystian tidak boleh tahu ratu mereka bekerja sama dengan bajingan, seperti saat ini Auria selalu mengajakku bertanding catur. Auria keranjingan dengan catur. Meski aku juga tidak bisa dibilang pemula dalam permainan ini, tapi Auria selalu selangkah ke depan. Entah bagaimana permainan kuno warisan budaya Ancient Families itu bisa berurat berakar dalam dirinya, mungkin ini salah satu budaya yang tetap dipertahankan oleh keluarga Emprion dari masa ke masa. Tak heran karena keluarga ini memang dianugerahi kecerdasan yang luar biasa. Sesuatu yang bisa kulihat dari diri gadis di depanku.

?Kupikir... antara kecantikan Anda dan kecerdikan Anda, dua hal itu berhasil memojokkanku?, tukasku tersenyum. Gadis itu membalas senyumku sambil menggerakkan salah satu pion. Posisi yang tak pernah kuperkirakan. Dia semakin mendesakku.

?Kalau kau tak segera mengamankan ratu... Entah apa jadinya. Kau membuka lubang di tempat yang salah, Kapten?, tukasnya lagi sambil tertawa terkikik. Aku hanya tersenyum pahit melihat dia memakan kudaku.

Tapi tak lama kemudian dia menatapku.

?Kau tampaknya sedang tidak ingin melanjutkan permainan ini. Ada yang mengganggu pikiranmu, Kak??

?Oh... tentu saja tidak, Yang Mulia. Saya hanya... sedikit ceroboh saja?, tukasku membela diri. Sebenarnya pikiran tentang kondisi Sarah dan invasi Zakhon cukup mengganggu pikiranku.

?Tak usah membohongiku, Kak Cyon! Aku tahu, meskipun kau selalu tersenyum, tapi di dalam otakmu itu kau tengah memikirkan sesuatu!? balasnya sambil menatapku tajam. Memang tidak ada gunanya menyembunyikan sesuatu dari gadis satu ini. Meskipun dia tidak memiliki kemampuan membaca pikiran orang, tapi dia bisa menduga kalau aku sedang memikirkan sesuatu.

?Ayolah kak, jangan bohong! Pola dan tempo permainanmu tidak seperti biasanya. Sungguh menyebalkan!? timpalnya ketus. Auria mulai menunjukkan wajah judesnya. Dasar remaja !

?Baiklah, sebenarnya... Anda tahu berita tentang penyerangan di Celesta??
?
?Ya! UNN menerangkan sepanjang hari. Uninet menampilkan foto dirimu besar-besar bertuliskan ?Alcyon Verrel, dalang di balik pembantaian di Hosperian?!?

Aku tersenyum sinis. ?Aku sudah kenyang dengan berita-berita di televisi yang selalu mengkambinghitamkan kami. Bukan itu yang kupermasalahkan. Yang jadi masalah adalah, mereka yang menyerang Celesta adalah Zakhon?, balasku.

?Aku tahu kakakku yang tampan?, tukas Auria genit. Kerlingannya yang menggoda membuatku harus mengalihkan tatapanku ke perapian. ?Memangnya dalam perjalananmu kemari kau tidak melihat berita? Mereka bilang, Alcyon Verrel membimbing Kaum Zakhon yang haus akan balas dendam menuju Celesta. Kita semua tahu, Kaum Zakhon yang tersisa sudah terusir ke System Diabolus yang sekarat karena lubang hitam. Tapi pemberontak keji kita, Alcyon Verrel, berhasil membimbing mereka kembali ke Lingkar Luar, dan menjadi ancaman baru bagi Persemakmuran sejak Ragnarok terjadi!?

?Sungguh berita yang menyebalkan?, jawabku getir. Gadis itu memandangku lembut dan kemudian tersenyum, ?Tapi ada berita bagusnya loh!?

?Apa itu??

?Dirimu sekarang dihargai sepuluh juta Credits!?

?Oh, sungguh menyenangkan!? balasku lagi, kembali ke mimik getir. Sang putri malah tertawa tergelak.

?Ehm, Yang Mulia!? aku mulai menatapnya serius, ?Tolong pikirkan baik-baik. Zakhon sudah berada di wilayah Gaian. Kemungkinan mereka sudah menduduki Sistem Celesta sepenuhnya. Dan kemungkinan mereka juga akan menyerang wilayah lain. Bukankah ini perkara serius??

Auria menyandarkan tubuhnya. Matanya memandang bulan Mystian yang besar cemerlang di atas langit biru. Wajahnya mulai menyiratkan keseriusan.

?Kau benar. Ini memang serius. Zakhon adalah ancaman untuk Ragnarok kedua. Bila mereka terus bergerak melawan Galatia, tak bisa dipungkiri, itu yang akan terjadi? tukasnya padaku.

?Benar!? aku mengangguk. ?Setidaknya kita harus melakukan sesuatu, Yang Mulia??

?Sayangnya tidak, Kapten?, ujarnya lemah. ?Kau tahu sendiri kan, semua kekuatan Mystian dikendalikan sepenuhnya oleh Persemakmuran. Kita tak bisa berbuat apa-apa sampai Para Dewan Koalisi Sembilan Negara memutuskan sesuatu. Dan itu berarti kita menunggu keputusan dari Kanselir Xalczak sebelum bisa sepenuhnya bertindak.?

?Dan Xalczak pasti tak akan berbuat apa-apa. Baginya kehilangan satu atau dua sistem saja di Lingkar Luar tak akan mempengaruhi kepemimpinannya. Suatu contoh tiran yang kejam?, desisku pelan, ?Waktu invasi Zakhon di Celesta-pun, Galatia tidak segera memberi pertolongan kepada orang-orang di Lingkar Luar. Bagi Xalczak, Lingkar Luar hanyalah wilayah tak berguna yang rendah sumber daya dan tidak memiliki potensi apapun untuk dimanfaatkan. Mereka hanyalah sebuah tameng untuk melindungi Lingkar Dalam Persemakmuran dan syarat bagi Galatia untuk mempertahankan keluasan wilayahnya?, lanjutku. Gadis itu tersenyum kecil.

?Ditambah lagi, Lingkar Luar bukanlah salah satu dari wilayah Koalisi Sembilan Negara, jadi tidak ada satupun dari kita yang berani memprotes tindakan pilih kasih Xalczak. Kasihan mereka. Koloni-koloni kecil yang tertindas, tidak punya kekuatan untuk melawan, tapi juga tak punya kekuatan untuk melepaskan diri?, tukas Sang Putri.

?Aku berharap banyak padamu, Kapten! Lakukanlah sebaik mungkin yang kau bisa untuk menghalangi Zakhon menyerang wilayah Lingkar Luar yang lain. Tingkatkan pengawasanmu! Untuk sementara, pakai dana yang kusumbangkan untuk melindungi koloni-koloni disana.?

Aku mengangguk. Gadis itu membalas dengan senyuman manis.

?Sebenarnya, dari tadi Anda ingin bertemu saya, apa ada yang ingin Anda sampaikan Yang Mulia??

Mimik mukanya berubah. Dia kini mulai memandangku dengan tatapan genit. ?Aku merindukan ksatria kuda putihku?, tukasnya, ?Sedih rasanya bermain catur sendirian tanpa ada pria tampan sebagai lawannya. Hatiku menjadi sepi.?

Aku hanya tersenyum. Setelah pembicaraan yang cukup serius, masih sempat saja gadis satu ini bergurau. Gadis itu membalas senyumku dengan tawa terkikik.

?Ih, wajah Kakak serius amat sih!?

Aku tak tahu harus berkata apa.

?Ada informasi. Kemungkinan ini bisa menjawab tanda tanya besar diantara kita tentang bagaimana makhluk seperti kaum Zakhon bisa menemukan jalan kembali ke wilayah Gaian.?

?Ya??

Auria berdiri dari kursi kayu dan bergerak menuju sebuah meja kecil dimana disitu terdapat patung marmer wanita bersayap. Auria memutar patung itu. Ada sebuah tampilan hologram tiga dimensi hadir di depan kami berdua. Sebuah gambaran peta wilayah Lingkar Dalam dan Lingkar Luar Galatia. Dia lalu menunjuk suatu tempat disana.

?Intel kami mendapat informasi di sistem ini, rombongan kapal ekspedisi tengah kembali menuju Galatia sambil membawa sesuatu yang sangat menarik bagi Xalczak. Mereka mengatakan, ?bagian terakhir yang sangat dinanti Kanselir?!?

Aku memicingkan mata, ?Apa itu??

Gadis itu mengangkat bahunya, ?Intel menginformasikan mereka membawa paket itu dari Intarus, planet terluar Sistem Diabolus. Kupikir, Zakhon menemukan jalan kembali kemari karena mereka.?

Aku mengangguk. ?Mungkin saja. Tapi yang membuatku penasaran, benda yang dibawa tim ekspedisi itu.?

?Sama, aku juga! Apa kau tak ingin mengunjungi mereka??

Aku tersenyum. ?Akan kupastikan mengunjungi mereka sebelum mereka tiba di Galatia.?

Gadis itu mengangguk. Dia mematikan hologram dan mendekati meja catur kami. ?Kita cukupkan pembicaraan kita dulu. Kakak tahu kan kita tak bisa bertemu terlalu lama? Aku berharap kita bisa menyelesaikan permainan ini di pertemuan kita selanjutnya.?

Kubalas ucapannya dengan anggukan. Kami saling tersenyum dan berdiri.

?Kalau begitu saya pamit dulu, Yang Mulia. Sungguh menyenangkan bisa menghabiskan waktu bersama Anda?

Dia mengangguk. Kucium tangannya sebagai tanda hormat. Kulangkahkan kaki menuju pintu keluar.

?Engh?, tipe gadis seperti apa yang disukai Kakak??

Aku menghentikan langkahku. Kubalikkan wajahku dan menatap matanya. Tubuhnya membentuk siluet indah dari pendaran cahaya di jendela belakang dirinya. Gadis yang begitu sempurna.

?Saya... mungkin, seorang yang sederhana...?

?Apa aku termasuk?? tanyanya centil. Aku hanya bisa membalas dengan senyum. Kubuka pintu, gadis itu melambaikan sebelah tangannya. ?Semoga berhasil, Kapten?, gumamnya.

***

Sarah Fleuret
Pesawat Induk Utama Juggernaut, Armada Red Raccon
System Diomedes
18:30 waktu pesawat

Aku melihat pemandangan sebuah neraka. Kebinasaan menyelimuti seluruh tempat itu. Kehancuran total. Langit merah dan kobaran api menghiasi puing-puing yang hancur. Jeritan pilu dan genangan darah, membawaku kembali ke masa Ragnarok. Semuanya seperti Ragnarok. Aku pasti akan menduga ini adalah Ragnarok, kalau saja aku tidak melihat ini adalah kotaku sendiri.

Aku melihat ribuan ledakan dimana-mana. Kugendong adikku dan kubawa dengan penuh tenaga. Aku tidak memedulikan teriakan orang-orang sekarat yang meminta tolong. Fokusku hanya satu, berlari secepat mungkin menuju pesawat penyelamat. Beberapa marinir mengayunkan lengan ke arahku. Memaksaku untuk segera masuk ke dalam. Aku menjerit, Tunggu! Tunggu aku! Hujan api semakin deras. Ribuan ledakan dimana-mana. Aku bisa melihat seberkas cahaya yang begitu cepat menuju arah kami.

Aku menghentikan langkah. Berkas cahaya itu seakan menuntun refleksku untuk menyingkir. Aku membalikkan diri. Tapi terlambat. Berkas cahaya itu menghantam pesawat yang akan aku tuju. Benda itu lalu melepaskan ledakan yang mengerikan. Aku dan Aisha terpelanting. Dia melompat jauh dari tempatku berada.

?Aisha!?

Aku berusaha bangun. Kupaksakan kakiku berjalan walaupun terseok-seok. Kutemukan adikku setelah berteriak berkali-kali. Disana Aisha merintih kesakitan sambil memegang kakinya yang lemah.

?Kakak, tolong...?

?Bertahanlah!? aku berlari menghampiri dirinya. Kuraih tangannya. Tiba-tiba sekelebat bayangan melintas di antara kami. Kera berlendir itu. Cakarnya yang hitam tajam membelah lenganku. Tanpa sadar aku menjerit. Rasa sakit yang amat sangat menyerang tubuh. Aku jatuh terduduk.

Aisha menjerit ketakutan! Wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang luar biasa. Aku sendiri tak kalah paniknya. Kalap, kulihat lenganku terkulai tak jauh dari tempat kami. Darah terus merembes keluar. Aku masih tak percaya lenganku putus. Melupakan Aisha, aku mengerang-erang sendiri. Tapi itu tak lama. Monster-monster itu, kera hitam berlendir, mendatangi kami. Wajahnya yang bengis, berdiri antara aku dan Aisha.

?Aisha!!!?

Kera-kera itu meraung. Mereka menghalangiku berdiri mendekati Aisha. Aku melihat dua lengan Aisha dipegang masing-masing oleh kera itu. Mereka sepertinya hendak membawanya pergi!

?Jangan sentuh Aisha! Jangan sentuh dia, makhluk berlendir menjijikkan!!!?

Kera itu membalas teriakanku dengan raungan kencang. Aisha meronta-ronta saat mereka membawanya pergi. Aku semakin panik. Kucari celah untuk melepaskan adikku. Tapi sebuah rasa sakit teramat sangat kembali menghadiriku. Aku memandangi perutku. Aku melihat tanduk hitam berlendir itu menancap di perutku.

Aisha makin meronta!

?Lepaskan dia!!!?

Nafasku terengah-engah. Mataku memburu. Keringat bercucuran keluar dari tubuhku. Aku memandang sekelilingku. Baju putih, selimut, dan ruangan penuh dengan komputer dan selang plastik. Aku berusaha mengingat-ingat tempat ini. Bangsal pengobatan. Juggernaut. Alcyon Verrel.

Kuseka keringat. Rupanya tadi hanya mimpi. Mimpi yang sangat buruk.

Tiba-tiba aku merasa perasaanku sangat tidak nyaman. Bila mimpi yang kualami itu benar-benar suatu pertanda, Ada kemungkinan Aisha berhasil ditangkap oleh mereka. Tubuhku menggigil. Aku teringat Ragnarok. Semua manusia yang ditangkap Zakhon akan menjadi santapan inangnya. Nerve, makhluk seperti umbi raksasa, dengan penuh lendir, tanduk, tentakel di sekujur tubuhnya.

Aisha! Aku harus segera mencarinya! Dia pasti masih selamat! Zakhon seperti semut. Mereka lebih suka mengumpulkan bahan makanan ketimbang langsung memakannya. Aisha pasti berada di sarang mereka dan pasti masih dikumpulkan dengan sandera yang lain. Kalau aku cepat, aku bisa menyusulnya.

Kupandang jam. Alcyon tampaknya terlambat. Pria itu pasti terlalu sibuk. Aku bisa memaklumi. Lagipula dia sudah banyak menolong dengan memulihkan kondisiku seperti sediakala. Itu saja aku sudah sangat berterima kasih. Aku tak ingin merepotkan dia lagi.

Aku harus segera kembali ke Celesta. Harus! Sekarang! Aku mengumpulkan tenaga, tekad. Kupaksakan mengangkat tubuhku yang masih lemah. Kekuatiran terhadap adikku memberiku kekuatan untuk bergerak. Kupijakkan kaki kiriku ke atas lantai putih. Kubuat bangsal sebagai sandaran. Rasa sakit gara-gara tubuh yang terlalu dipaksakan memenuhi syaraf otakku. Aku meringis sebentar. Kudiamkan diri sambil kembali mengumpulkan tenaga.

Aku menyeret langkah perlahan-lahan menuju pintu kamar. Kuperhatikan keluar pintu, terlihat lalu lalang orang yang sepertinya tengah sibuk dengan urusan masing-masing. Aku menunggu sampai lorong itu cukup sepi untuk dilintasi. Kusandarkan tubuh di balik pintu sampai orang terakhir melintas.

Kumantapkan langkahku, kubuka pintu, lorong itu masih sepi. Aku melangkah terseok-seok menuju ujung lorong. Tiba-tiba terpikir soal penyamaran, aku mencari ruang dimana banyak baju ganti untuk para perawat. Dan betapa beruntungnya, ruang itu ada tidak jauh dari tempatku berada.

Aku terus melangkah, tentu saja dengan perlahan-lahan karena tubuhku sulit diajak bekerja sama. Dinding besi menjadi penahan tubuhku agar aku bisa menyimpan tenaga untuk berjalan lebih jauh. Agar tidak menimbulkan kecurigaan, aku sengaja berdiri tanpa tumpuan apabila ada seseorang berjalan di sampingku. Dan tentu saja, memberi senyuman ramah.

Aku keluar dari ruang pengobatan dan berjalan menuju lift. Di sana terdapat denah pesawat yang menunjukkan dimana posisimu dan posisi pos-pos penting. Kucari hangar. Setelah beberapa saat kutemukan posisinya berada di bagian atas pesawat ini.

Kunaiki lift. Dalam beberapa menit aku sampai di hangar. Ruangan itu cukup besar dengan ratusan personel tempur milik Red Raccon. Aku bisa melihat beberapa teknisi, dalam jumlah tidak cukup banyak, tengah mengecek beberapa robot yang kukenal sebagai mechron. Benda setinggi dua meter itu dipajang berderet di sepanjang dinding dengan ratusan kabel yang menghubungkan tubuh mereka. Aku juga melihat beberapa pesawat evakuasi yang pernah kukenal mengungsikan penduduk waktu koloni diserang dulu. Beberapa robot-robot setinggi tujuh meter, beberapa pesawat berbaling-baling, beberapa pesawat tempur, dan tank-tank. Tak heran, dengan kekuatan sebesar ini, Red Raccon berani menantang Galatia.

Aku mengendap-endap mencari pesawat yang bisa kunaiki. Omongan Kapten Alcyon soal jarak menuju Celesta yang takkan bisa ditempuh pesawat biasa tidak kugubris. Aku tahu, selama pesawat itu bisa mengaktifkan warp, dia bisa kemana-mana sesuka hatinya. Aku tersenyum sedikit, dikiranya aku seorang bodoh yang tak tahu menahu soal pesawat. Meskipun waktu Ragnarok aku hanya seorang medis, tapi mentorku banyak bercerita kepadaku soal pesawat, dan tentu saja ceritanya meruntuhkan segala ucapan Alcyon.

Aku melihat, di deret paling ujung, sebuah pesawat tempur satu awak. Aku mengenalnya sebagai Loki, pesawat andalan Galatia sewaktu Ragnarok. Aku sering melihatnya di langit KroniR waktu Ragnarok dulu. Satu-satunya pesawat tempur yang mampu menembus warp, stealth, dan sangat mematikan, seperti cerita mentorku dulu. Dengan benda itu, aku bisa mencapai Celesta.

Kuaktifkan mekanik pengangkut sebelum menaiki pesawat. Ketika benda seperti lift berukuran besar itu bergerak mengangkat Loki menuju tempat lepas landas, beberapa teknisi disana meneriakiku. Saat mereka tengah berlari terengah-engah menuju tempatku berada, kuambil kesempatan itu untuk menaiki pesawat.

Sementara mekanik pengangkut terus bergerak ke atas dan teknisi bawel itu tak henti-hentinya memakiku, aku memasuki pesawat. Kubuka perlahan kaca pesawat yang juga pintu masuknya dan ternyata tidak dikunci. Kuperhatikan semua komponen di dalamnya. Untuk komponen standar aku pernah mempelajarinya sewaktu Ragnarok. Sementara untuk komponen tambahan, aku bisa membuka manual yang sudah disiapkan dalam televisi plasma di depanku. Aku melihat helm pilot tergeletak di depan kursi. Helm itu yang digunakan pilot untuk mengendalikan pesawat. Hampir semua kontrol yang terdapat di dalam Loki semuanya sudah disetel dalam helm itu. Jadi kita mengendalikan pesawat sama seperti kita sedang memikirkannya.

Sebuah jendela di langit-langit terbuka begitu mekanik pengangkut membawa Loki sampai batas paling atas hangar. Kini teriakan orang-orang itu sudah tidak terdengar lagi. Sebuah jendela lain di atas kami terbuka, menuju angkasa yang kedap udara. Lamat-lamat aku mendengar bunyi alarm. Rupanya para teknisi itu tidak rela pesawatnya kubawa satu. Tanpa memedulikan bunyi memekik dari alarm yang bersahut-sahutan, aku menghidupkan mesin pesawat. Kami sudah di landasan pacu sekarang. Ribuan bintang-bintang di atas angkasa hitam menjadi saksi bisu atas apa yang tengah kuperbuat. Mesin semakin panas. Aku memulai tahapan peluncuran. Sebuah boost, perlahan dan pasti, pesawat itu melaju meninggalkan Juggernaut.

Aku bersyukur bisa meninggalkan Juggernaut tanpa gangguan apapun. Meskipun alarm masih bersahut-sahutan tapi aku heran tak seorangpun keluar dari Juggernaut untuk mengejarku. Aku sampai pada kesimpulan mungkin Alcyon sudah mencegah semuanya untuk mengejarku. Kapten itu sungguh baik, dan aku merasa bersalah telah berprasangka buruk padanya.

Loki terbang semakin menjauh. Baru kali ini aku bisa melihat sosok pesawat induk raksasa milik Red Raccon itu. Ukurannya memang sangat besar. Aku menduga Juggernaut ini mirip Battlecruiser Armageddon andalan Galatia saat Ragnarok. Sebuah pesawat raksasa yang digunakan untuk menyimpan logistik dan personel tempur. Kulihat planet hijau berkilau terang di belakangnya, Planet Leria. Aku tak bisa terlalu santai menikmati pemandangan memesona planet itu. Aisha sudah menunggu.

Kupelajari manual pesawat itu. Setelah menarik beberapa kesimpulan aku mulai, dengan perlahan-lahan, mengaktifkan fungsi warp. Tidak sulit karena tiba-tiba sebuah wormhole terbentuk di depan kami, pertanda prosedur pertama warp sudah berhasil dilakukan. Tujuan sudah kutentukan. Planet Hosperia, Sistem Celesta. Pesawatpun mulai melaju kencang memasuki wormhole.

?Terima kasih atas segalanya, Kapten Alcyon Verrel?, tukasku sambil berbisik.

Source: http://www.lantaiparket.com/2011/03/nova-act-2-plan.html

Hardwood Flooring Company hardwood flooring parket parquet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar